Peranan Bahasa Daerah Dalam Pengembangan Bahasa Indonesia
Pengertian bahasa daerah
Pengertian bahasa menurut Bill Adams adalah sebuah
sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
Sedangkan menurut Wittgenstein bahasa
merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas,
dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. Menurut Ferdinand De
Saussure bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan
bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari
kelompok yang lain. Dan menurut Plato Bahasa
pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut.[1]
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahasa merupakan
sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat
pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi
sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Di
Indonesia terdapat banyak bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya yang sering
disebut sebagai bahasa daerah.
Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu
wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik daerah kecil, negara bagian
federal atau provinsi,
atau daerah yang luas. Bahasa daerah sudah ada sejak zaman dulu. Jumlahnya
sampai beratus-ratus dan tersebar diseluruh kepulauan, mulai dari pulau Formosa
(Taiwan) di sebelah utara sampai ke Selandia Baru disebelah selatan, dari
Mandagaskar di sebelah barat sampai kepulau-pulau Paas di sebelah timur yang
merupakan suatu keluarga besar dan masih dekat hubungannya dengan Austronesia.[2]
2.2
hubungan antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah
Antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah mempunyai hubungan
yang sangat erat, tidak dapat dipungkiri adanya bahasa Indonesia yang muncul
seiring dengan perkembangan bahasa daerah itu sendiri. Karena bahasa daerah dan
bahasa Indonesia saling melengkapi. Terutama dalam hal berkomunikasi antar
masyarakat. Dengan adanya dua bahasa ini menimbulkan kedwibahasaan di negara
Indonesia.
Dalam Seminar Pengembangan Bahasa Daerah (1976) itu, yang
merumuskan tujuaan pembinaan dan pengembangan bahasa daerah sebagai berikut :
(a) Di bidang struktur bahasa, tujuannya ialah terbinanyabahasa daerah yang
strukturnya terpelihara dan sesuai dengan keperluan masa sekarang. (b) Dibidang
pemakai, tujuan pembinaan adalah agar kedwibahasaan itu tetap (stabil), yaitu
pemakai itu menguasai kedua bahasa itu seimbang, dan tidak menjadi ekabasahawan
semata-mata. Jumlah pemakai itu hendaknya tetap berkembang dan tidak sebaliknya
menyusut. (c) Di bidang pemakaian, pembinaan bertujuan agar bahasa daerah
dipergunakan secara penuh sesuai dengan fungsinya, dalam keseimbangan dengan
bahasa Indonesia seperti ditetapkan dalam Politik Bahasa Nasional.[3] Jadi antara bahasa Indonesia dan bahasa
Daerah telah terjadi kontak sosial dan budaya yang aktif. Jiwa bahasa Indonesia
dan jiwa bahasa Daerah telah bertemu. Kedua bahasa saling bersangkutan dan
memperhatikan. Akhirnya kedua bahasa saling mempengaruhi.
2.3
pengaruh penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan
pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya,
khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh,
seorang anak memiliki ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya
berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang
Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang
berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya
yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya
kata “megapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat
seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo.
Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa
yang akan digunakan.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya
dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan yang harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan
Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di
tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah.
Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama,
salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang
pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah
yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata
dari bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa Indonesia yang baku, antara lain
kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).
2.4
Dampak yang akan timbul
Berikut
beberapa dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia:
1. Dampak Positif:
a. Bahasa Indonesia memiliki banyak
kosakata.
b. Sebagai kekayaan budaya bangsa
Indonesia.
c. Sebagai identitas dan ciri khas dari
suatu suku dan daerah.
d. Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
e. Sebagai alat pemersatu antar budaya
dan bangsa.
2. Dampak Negatif
a. Bahasa daerah yang satu sulit dipahami
oleh daerah lain.
b. Masyarakat menjadi kurang paham dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa
daerah.
c. Dapat menimbulkan kesalah pahaman.
Referensi by :
http://ferinaanieta.blogspot.com/2012/06/pengaruh-bahasa-daerah-terhadap-bahasa_04.html
http://dinofachreza.blogspot.co.id/2015/03/peran-bahasa-daerah-terhadap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar